Budidaya
perairan (Akuakultur) adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme )
akuatik dilingkungan terkontrol dalam rangka mendapat keuntungan (profit)
sehingga disebut juga akuabisnis. Selain itu tujuan budidaya perairan juga
mencakup :
1)
Produksi Makanan
Daging ikan.
Kebutuhan ikan dipenuhi melalui kegiatan penangkapan
dan budidaya perairan. Produk perikanan tangkap umumnya berupa ikan segar, beku
dan olahan (pengeringan, pengasinan, fillet, pengalengan, penepungan dan
sebagainya).
2)
Perbaikan Stok
Ikan di Alam.
Memasuki abad ke-21, paradigma pembangunan perikanan
tangkap dunia telah beralih, dari paradigma lama (penangkapan) ke paradigma
baru yang lebih menekankan aspek pemanfaatan sumber daya hayati secara lestari
dan berkelanjutan. Dengan demikian maka perlu adanya upaya-upaya peningkatan
stok ikan di alam ( stok
enhancement ) melalui kegiatan restocking. Sudah saatnya pada perairan laut
yang mengalami overfishing dan perairan umum yang mengalami degradasi sumber
daya ikan diberlakukan program restocking.
3)
Produksi Ikan
Untuk Rekreasi.
Dewasa ini, kebutuhan manusia dalam hal rekreasi meningkat,
terutama pada masyarakat perkotaan. Kegiatan rekreasi tersebut diantaranya
adalah memancing (seperti : leisure fishing, sport fishing ) dan atraksi ikan
dalam akuarium besar seperti di Taman Akuarium Air Tawar, Taman Mini Indonesia
Indah, dan Sea World.
4)
Produksi Ikan
Umpan.
Ikan Bandeng (Chanos chanos ) merupakan contoh
akuakultur untuk dijadikan umpan hidup dalam kegiatan penangkapan tuna. Bandeng
dipilih sebagai umpan hidup karena warna tubuhnya keperak-perakkan sehingga
menarik perhatian tuna. Oleh karena itu, akhir-akhir ini permintaan bandeng
hidup sebagai umpan meningkat tajam sejalan dengan perkembangan usaha
penangkapan tuna.
5)
Produksi Ikan
Hias.
Kegiatan budidaya perairan juga ditujukan untuk
menghasilkan ikan hias (ornamental fish ). Ikan hias diproduksi karena memiliki
warna dan bentuk tubuh serta tingkah laku yang unik dan menarik sehingga
memiliki nilai ekonomis. Nilai ekonomi ikan hias juga dipengaruhi oleh tingkat
kesulitan pengembangbiakan (breeding) ikan ini.
6)
Daur Ulang Bahan Organik.
Beberapa ikan budidaya perairan dapat memanfaatkan
bahan organik, baik secara langsung maupun tidak langsung Seperti ikan tilapia
digunakan untuk mengurangi sedimen organik yang terdapat di waduk. Ikan tilapia
tersebut mempunyai kemampuan mengkonsumsi bahan organik dan mengonversinya
menjadi protein daging ikan yang bernilai.
7)
Produksi Bahan
Industri.
Beberapa produk budidaya perairan kini telah menjadi
bahan baku industri penting seperti industri pakan, obat-obatan atau farmasi,
kosmetika, tekstil dan bahan kimia lainnya.
Penyediaan benih
ikan/komoditas budidaya saat ini masih dilakukan oleh masyarakat dengan cara
mengambil benih atau bibit dari alam
(sungai, danau, laut dan sebagainya) dan sebagian lagi telah dikembangkan
dengan cara melakukan proses pemijahan/pembibitan biota air di dalam wadah
budidaya.
Dukungan teknologi yang
diperlukan bagi pengembangan budidaya perairan untuk pemenuhan gizi masyarakat
adalah:
1) Sistem budidaya,
perlu dikembangan sistem yang lebih efisien dan efektif mengingat biaya input
budidaya yang cenderung meningkat, seperti penggunaan pakan buatan.
2) Teknologi budidaya
untuk komoditas baru yang digemari oleh masyarakat, seperti cumi-cumi, abalone
dan lain-lain.
3) Teknologi
pembenihan, khususnya untuk lebih memberi memudahkan bagi masyarakat di dalam
mendapatkan benih, seperti pengembangan
backyard hatchery untuk produksi benih bandeng. Teknologi pemuliaan diperlukan
untuk mendukung teknologi perbenihan ini, mengingat semakin menurunnya mutu
genetik ikan budidaya saat ini.
4)
Teknologi pakan/
nutrisi. Pembuatan pakan ikan selama ini lebih banyak mengandalkan tepung ikan
sebagai sumber protein, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan tepung ikan masih
harus diimpor. Oleh karena itu perlu dikembangkan sumber protein alternatif,
misalnya memanfaatkan maggot yang dikembangbiakkan dengan memanfaatkan limbah
kelapa sawit. Teknologi produksi
Artemia, yang digunakan untuk pakan benih ikan dan udang, perlu dikembangkan
karena selama ini masih diimpor.
5) Teknologi deteksi
dan pencegahan penyakit. Penggunaan PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk
diagnosis penyakit ikan dan udang secara cepat perlu lebih dikembangkan.
6) Peningkatan mutu melalui
rekayasa genetika (reproduksi, pertumbuhan, mutu dan warna daging, efisiensi
pakan, ketahanan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan.
Demikian info yang saya bisa berikan hari ini, semoga bermanfaat untuk teman-teman semua...
Terimakasih kunjungannya...
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan sopan dan saling menghargai